Thursday, April 27, 2017

Kesehatan Gigi Anak Bayi dan Batita


Hai semua,

hari ini aku mau buat sebuah post khusus untuk masalah gigi geligi untuk bayi dan batita. Bayi yang dimaksud tentunya bayi yang sudah memiliki gigi geligi ya.

Sebenarnya post ini dimulai dari pengalaman pribadi dalam mengurus gigi geligi anak-anak saya, termasuk saya pribadi waktu masih kecil. Siapa sih yang hobi ke dokter gigi? Siapa sih yang suka giginya di'otak-atik' dan dibikin ngilu dengan suara bor, aroma ruangan dentist yang 'khas', lalu dengar kata bolong aja udah dag dig dug. Karena satu (1), takut sakit, dua (2) takut sakit, tiga (3) takit sakit dan keempat takut mahal, suer, urusan gigi tuh mahal, gak diluar negeri gak di Indonesia, urusan gigi itu mahal.

Nah, warning sedikit, dalam postingan ini akan ada keluh kesah dan omelan saya terhadap dua dokter gigi anak yang sungguh amat sangat teledor dan mengakibatkan sesuatu yang amat sangat menyakitkan untuk anak saya, melelahkan dan serius, mahal!

-*-



Sebelum kita kesana, semua bermula dari 10 tahun yang lalu, saat anak yang pertama masih 2 tahun dan giginya tiba-tiba infeksi, ada bengkak di gusinya dan respon pertama aku saat itu adalah bawa ke dokter anak. Karena gak ngerti, karena polos, karena (gak) pintar juga kali, kan pemikirannya gusi bengkak ya bawa ke dokter anak. Saat itu kami masih tinggal di Singapore dan aku bawa dia ke Baby and Child clinic yang sama pediatric nya menyimpulkan kalau ini cuma alergi dan dikasih obat alergi. Serius saat itu rasanya ada yang 'gak beres, gak mungkin ini cuma 'alergi'. Akhirnya karena sudah malam, besoknya kami bawa ke NUH (National University Hospital) karena suami alergi mount E yang terkenal mahal dan ya intinya kita (dia) pikir NUH yang terbaik, namanya aja udah National ya buk ibuk.

Sampai disana, setelah mengantri selama 2-3 jam, beneran ini RS pemerintah, terbukti dari lamanya antrian, kita ketemu dokter dan bener, masalahnya di gigi, ada infeksi dan itu bengkak adalah nanah. Jeng jenggggg, ngeri, takut bingung dan super kaget pas denger, kapan bisa ketemu dokter spesialis yang disarankan handle anak ini? Paling cepat jadwal janjinya 3 bulan lagi (WHATTT). Terbukti lagi kalau ini RS pemerintah.

Trus kita nanya donk sama dokter jaganya, lah ini  bukannya urgent harus ditangani, oh iya urgent, tapi dokter sudah full pasien, lah ga ada dokter lain? Tidak ada. Harus yang qualified consultant dental surgeon untuk kasus ini. Lalu kita (saya) bingung, mau nangis dan diem karena gak tau harus bagaimana lagi, tapi sungguh Tuhan Yesus baik, saat itu juga ada staff RS yang denger pembicaraan kita, dia samperin saya dan kasih kartu nama, " You could come to that doctor, he is very good, he used to be here and one of the best, now he owns his own clinic, give him a call", hallelujah! Seriously, saya langsung telpon klinik tersebut dan just in time, ada orang yang baru cancel appointment pada hari itu dan kami bisa masuk.

Sesampainya di clinic yang bernama Kids Dentist di gedung Camden Medical Center, Dr. Rashid met us at the appointed time. He checked my daughter and treated what turns out to be an infection immediately, and since her teeth is pretty damaged, he scheduled an operation. So instead of having go back on forth to the dentist, we find a day where she could go to sleep and have all her teeth treated, 4 was extracted and many was having fillings.

Prosedur tersebut dikenal dengan GA (general anesthesia), berlangsung selama maksimal 4 jam untuk keamaan si anak dan biaya yang tentunya cukup tinggi. Tapi saat itu semua yang terjadi merupakan kesalahan saya yang tidak pernah membawanya ke dokter gigi sebelumnya. Harusnya sejak usia dini (first tooth) anak sudah dibawa ke dokter gigi, dan lubang sekecil apapun dapat segera ditangani agar caries tidak menjadi parah dan anak harus kehilangan gigi geliginya.

Sampailah saya ke anak kedua, dengan pengalaman seperti itu, tentunya saya belajar donk, saya bawa anak kedua sejak 6 bulan ke dokter gigi, saya sikat dan rawat sebaik yang saya bisa, saya bawa mereka ke dokter gigi anak di rumah sakit yang terkenal baik (n mahal). Since I have nothing against the hospital, hanya dokternya saja, yaitu dokter Ayu dan dokter Dewi, jadi saya tidak perlu sebut rs nya ya.

Kembali ke sejak anak saya 6 bulan, saya dulunya rajin bawa ke Kidzdental yang di Puri, kami suka sekali Dr. Olivia, sayangnya, dokter sering sekali seminar, pergi, dan tiba-tiba 0ff, beberapa kali jadwal kami di cancel mendadak dan baru bisa reschedule 2-3 bulan lagi, which is too long, lama-lama anakku ketemu dentist 1 tahun sekali donk, mana ini anak masih hobi susu botol malam-malam, kayaknya harus cari dokter gigi lain deh, akhirnya kami pindah ke rs yang fancy itu. Saat kami pindah usia anakku sudah melewati satu tahun.

Dentist pertama adalah dr Ayu, ternyata benar, beberapa gigi rusak dan hari itu juga sekitar 4 gigi ditambal dan dibuat cantik sama dokter Ayu. Suami suka lihat hasilnya, gigi geligi anak kelihatan bagus, putih dan sempurna. Tapi karena dokter ayu pakai restrainer anak yang suka gigit ini jadi luka dalam mulutnya dan sariawan selama 2 minggu. Saya ganti dokter lain masih di rs yang sama dengan dokter Dewi. Selama hampir satu tahun, (jadi usia anak sudah 2 tahun lebih) anak kami dengan dr Dewi, kami ke sana tiap 3-4 bulan sekali, dan tiap datang dokter selalu mengatakan sudah tuntas (tidak ada yang bolong lagi) kembali lagi 3-4 bulan ya, giginya oke kok dan kurangi susu dot nya.

Kami menurut, susu dot dicairkan, bahkan setelah gosok gigi malam jika anak tengah malah masih menyusu, aku membilas lagi mulutnya dengan air. Beberapa bulan kemudian, ada benjolan bengkak di gusi anakku, yang persis sekali dengan anak pertama dulu, aku kaget dan bingung. Pertama karena kami merasa sudah rajin ke dokter gigi dan dibilang fine-fine saja, dan belum lama juga ke dentistnya (masih sekitar 3 bulan sekali) karena saya tau masalah tersebut urgent (kalau dibiarkan infeksi bisa naik ke mata dan otak, sangat berbahaya jika berkelanjutan) saya pergi ke dentist yang sedang praktek di rs tersebut, kebetulan yang ada dokter Ayu. Dia bersihkan dan lalukan root canal treatment lalu memberi anak saya antibiotik. Saya minta dokter tersebut lakukan pengecekan menyeluruh ke semua giginya, mungkin ada juga yang bermasalah, saya masih ingat dengan jelas jawaban dokter Ayu, tidak ada masalah lagi kok, oh hanya 1 nih butuh ditambal, tapi itu bisa nanti, 1-2 bulan lagi juga tidak apa-apa.

Saya meminta demikian karena seminggu kemudian kami harus berangkat  liburan ke Korea, dan saya tidak mau ada masalah serupa.

-*-


Sesampainya di Korea, gusi yang bengkak belum kempes juga, kami bawa ke Seoul Children Dentist dan sampai disana kliniknya sangat bagus dan child friendly. Mirip dengan Kids Dentist di Singapura dan KidzDental di Puri Indah.

Dentist disana langsung mengecek kondisi gigi anak saya, dan dia bilang ada infeksi maka perlu xray. Kamipun langsung xray ditempat. Saat itu suami masih pikir kok dokternya berlebihan ya pake acara xray-xray segala, dokter Ayu aja gak perlu xray bisa lakukan root canal. Ternyata saudara-saudara, melakukan root canal tanpa xray itu kaya menyelam tutup mata, entah karena indera keenam atau apa, tapi begitulah dr. Ayu.

Dentist di Korea aja perlu xray dulu dan katanya sekalian beberapa gigi lain, saya sudah merasa amat cemas saat itu, kok perlu xray gigi lain, tidak lain dan tidak bukan, karena banyak sekali gigi geligi anak saya yang rusak parah. Penyebabnya? Tambalan yang tidak tuntas. Jadi gigi geligi anak saya saat dilihat dengan kasat mata terlihat cantik, bagus, putih, dalamnya? Semua caries yang tidak dibersihkan, jadi apa kerja kedua dentist di rs besar tersebut saya tidak tahu dan jujur, saya amat sangat kecewa. Bukan hanya soal uang yang sekali visit sekitar 1 juta Rupiah, tapi waktu, tenaga dan apa yang anak saya harus lalui, itu semua tidak bisa dibayarkan dengan uang dan tidak bisa dikembalikan.

-*-

Prosedur pertama adalah menuntaskan root canal yang tidak beres lalu memberi crown. Anak saya menangis keras, jerit, dan sangat marah, dia baru dua tahun lebih dan root canal sambil membersihkan infeksi (catat, membelek dan membuka agar semua nanah keluar) dan crown adalah proses yang menyakitkan, bikin ngilu dan shouldn't happen to her kalau dentist di rs yang ada di Jakarta itu kerjanya baik dan benar. Saya ingat betul, gigi yang infeksi tersebut merupakan gigi yang dulu ditambal dokter Ayu setahun yang lalu.

Setelah prosedur yang membuat saya amat sangat sedih itu selesai, dentist Korea memanggil saya dan membagikan fakta yang luar biasa, 16 dari 20 gigi anak saya rusak parah. Dia tidak bisa share lebih banyak karena keterbatasan waktu dan treatment yang dia sarankan adalah anak  ditidurkan dan dia bisa kerjakan beberapa sekaligus, jadi treatment ini sekitar 2-3 minggu baru bisa selesai.

Jadi prosedur ini berbeda dengan GA seperti anak kami yang pertama karena perlu 2-3 visit.

Karena kami di Korea hanya 1 minggu dan minggu depannya akan ke  Singapore untuk urusan pekerjaan, kami memutuskan untuk mencoba mencari jawaban di Indonesia dulu (mungkin kembali ke Kidzdental) atau di Singapore dan kembali ke Dr. Rashid.

-*-

Long story short, kami kembali ke Dr. Rashid. Awalnya suami amat sangat ragu dengan dentist Korea itu, masa sih 16 dari 20 gigi rusak, yang benar aja?! Jadi yang dokter Ayu katakan hanya 1, di Korea jadi 16, kok jauh amat perbedaannya, mungkin 3 atau 4  kali dan sisanya lebay aja.

Turns out, dentist di Korea itu benar, 16 dari 20 gigi rusak parah. Dr. Rashid menyarankan 4 gigi depan dicabut, 6 di metal crown (karena satu dan lain hal, termasuk jika ada masalah maka metal crown di Indonesia tersedia dengan mudah), 6 di sealent dan tambal. 16 gigi, kok bisa ya dokter di rs itu bilang 1, bedanya jauh sekali?!

-*-

Kamipun memutuskan untuk melanjutkan prosedur di Singapore, setelah bolak balik booked tikets, hotel, etc kami kembali kesana. A trip that we will never forget.

Operasi berlangsung selama 2 jam, anak diharuskan untuk puasa selama 6 jam, pernah suruh anak umur 2 tahun puasa? Pernah denger anak kecil minta minum sampe memelas banget? Saya pernah, ya kemarin itu. Dan tiap detik dari rengekan dia, nangisnya dia, dan apa yang harus dia lalui, semakin saya memikirkan dokter Ayu dan dokter Dewi. Saya enggak teledor kali ini, saya lakukan yang saya bisa sebagai orang tua, saya usahakan yang terbaik, satu-satunya kesalahan saya adalah saya percaya ke orang yang salah. Tapi apakah benar bahwa itu kesalahan saya? Saya bawa anak saya ke tempat yang saya rasa bagus, ke dentist yang bertitel dokter gigi anak, saya dengarkan semua  nasehat mereka, saya lakukan yang mereka suruh, mereka bilang gigi anak saya bagus, saya percaya, mereka bilang tidak ada masalah yang berarti, saya percaya, loh kok jadi begini?!

Dr. Rashid bertanya-tanya, bagaimana mungkin seorang dentist tidak melihat cavity yang begitu besar didalam gigi anak? Kenapa hanya luarnya saja yang ditambal dibikin cakep? Saya tidak bisa menjawab apa-apa selain menghela nafas karena apa yang harus anak saya lalui. 4 gigi anak saya telah dicabut, 6 giginya telah di metal crown, sisanya di tambal dan sealent. Operasi telah dijalankan sekitar seminggu yang lalu dan kami sudah kembali ke Indonesia, Dr. Olivia dari Kidzdental kebetulan kenal dengan Dr. Rashid yang banyak membuka kelas atau seminar, dan ikut saat anakku dioperasi, tentunya aku mengijinkan karena nantinya juga kami akan lanjut kontrol di Dr. Olivia, amit-amit deh coba-coba dokter gigi lain, kapok sekapok-kapoknya.

Sampai kemarin, 6 gigi yang di metal crown ternyata menunjukkan reaksi yang kurang baik, ada seperti reaksi alergi terhadap salah satu kandungan metal, nickel. Jadi bisa tiba-tiba bleeding, dan saat bleeding, muka, tangan, sarung bantal, kasur semua bisa kena. Anak saya still suffers, anak saya masih harus melewati hal-hal yang seharusnya bisa dihindari. 4 gigi dia tidak seharusnya dicabut, kalau sejak dulu kami tidak ke dokter gigi di rs itu, gigi geligi dia pasti masih selamat dan baik kondisinya sampai hari ini.

Sekarang kami hanya bisa maintenance 16 giginya, gunakan odol berfluoride diatas 1000 ppmf  dan sikat gigi dengan teratur. Susu botol sudah tidak diberikan setelah anak gosok gigi saat malam hari dan rajin ke dokter gigi juga (pastinya dokter gigi yang beres ya). No worries, masih banyak kok dokter gigi yang bagus di Indonesia, karena masalah ini, banyak teman-teman yang baik langsung saling merekomendasikan dokter gigi yang mereka percaya, tapi satu hal yang aku mau share, sekali-kali, cek lah ke dokter gigi lain haha (kali2 aja gitu) just to make sure. Banyak googling dan tanya2 juga. Banyak dengar pengalaman orang tapi dengar kata hati sendiri, kalau merasa ada yang kurang sreg, kurang beres, atau kurang suka, sekonyol apapun itu (sampe kalau perlu minta dentist lain coba bongkar atau cek bener-bener gigi anak yang luarnya kayaknya cakep kok), yah just maybe, it might save your child's teeth.

-*-

Jangan sampai apa yang anak aku lalui, anak kamu juga, ini sungguh konyol, menyakitkan, membuang banyak waktu, tenaga, dan pastinya uang. Namun yang terpenting, it takes those moments of happiness dari anakku. Yang harusnya ke Singapore bisa jalan-jalan happy, ke Korea bisa nikmatin hal-hal baru, malah dibikin susah sama urusan gigi geligi yang bukan salah dia. Bukan itu saja, semua visits ke dentist yang gak bener itu waste of time banget loh!

Dan buat kamu nak, sabar ya, ntar gigi tetapnya juga datang, ya tunggu sampe usia 7-8 tahun sih, tapi kita sama-sama belajar ya, belajar sabar, belajar merawat diri, belajar jangan mudah percaya sama orang, belajar dengerin diri sendiri ya, dan sama Tuhan pastinya. Semoga bleeding nya cepat sembuh, proses adaptasi metal crownnya baik, tidak perlu GA lagi untuk redo 6 crown ini (oh please don't), dan buat orang tua yang kebetulan anaknya memiliki masalah gigi terlalu berat sampai mungkin harus bius umum juga, biaya di Indonesia (dengan Kidzdental) sekitar 30-40 juta (kisaran aja bukan harga fixed dan tergantung kasus), di Singapore sekitar 50-60 dengan Dr. Rashid di KidsDentist (tapi itu karena kami dikasih diskon, harga langganan --> ini sick joke asli) dia baik sekali dan meski saya masih berat 4 gigi anak saya harus dicabut, tetep saya respect keputusan dia, dan dia pun menjelaskan dengan tenang berkali2 kenapa itu harus dilakukan, karena dalamnya sudah hancur bener, sampai habis gigi-gigi yang didalam tambalan manis itu, jadi crown pun tidak bisa menempel lagi, ya apa yang bisa ditempel kalau udah coak banget.

Anyway, lesson learned, and last but not least, kata-kata yang bikin aku bisa melewati semua ini,
"This To Shall Pass".


Thank you GOD.

2 comments:

  1. Sedih saya bacanya, Mba, ketika si adek sampe memelas minta minum. Masalah gigi, apalagi untuk anak-anak, nggak bisa disepelekan ya. Gusi bengkak efeknya jadi parah banget. Moga si adek disehatkan selalu sama Tuhan ya. Iya jadi banyak pelajaran yang didapat ya, Mba :)

    ReplyDelete